Seperti yang diakui oleh editor sekaligus kontributornya, Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook ini telah melewati berbagai rintangan yang tak jarang membuat mereka "marah". Anggapan bahwa penelitian kualitatif selama ini hahya berkutat pada penafsiran atau interpretasi membuat sebagian orang, termasuk Norman dan Lincoln, untuk segera bertindak, tidak sekadar secara sosial, tapi juga politis.

Selama ini, penelitian kualitatif dianggap sebagai penelitian yang bergerak di bidang-bidang sosial, pendidikan, dan komunikasi. Kedua edisi sebelumnya telah menunjukkan bagaimana kondisi ini tetap berkembang. Seperti biasa, sebagai permulaan, edisi pertama Handbook ini lebih mengedepankan upaya "promosi" pentingnya penelitian kualitatif.

Edisi kedua lebih praktis: Handbook ini mulai menyentuh persoalan-persoalan sosial dan bagaimana solusinya meskipun tulisan-tulisan yang disajikan masih bersifat teoretis.

Edisi ketiga lebih jauh dari itu: melibatkan tema-tema kontroversial, seperti epistemologi, ontologi, percakapan dan teks, etnografi online, relativisme, syair kultural, genealogi, dan riset berbasis seni. Bahkan, pada edisi kali ini, kita bisa melihat bagaimana para kontributor di dalamnya lebih banyak berbicara tentang persoalan-persoalan praktis.

Beberapa kontributor, seperti Russell Bishop dengan tulisannya "Membebaskan Diri Kita dari Dominasi Penelitian Neokolonial: Pendekatan Kaupapa Maori dalam Menciptakan Ilmu Pengetahuan" dan Michelle Fine dan Lois Weis, "Studi Komposisional, dalam Dunia Bagian: Perumusan Teori Kritis dan Analisis Tentang Ke(tidak)adilan Sosial" merumuskan penelitian kualitatif mereka berdasarkan kenyataan di lapangan. Selamat Membaca!