Stigma kolot, menutup diri, dan pembangkang masih melekat pada Komunitas Sedulur Sikep. Khususnya apabila dikaitkan dengan respon mereka terhadap peraturan maupun program pemerintah. Hal tersebut juga tidak terlepas dari program pendaftaran tanah yang dicanangkan oleh pemerintah. Dalam praktiknya, implementasi pendaftaran tanah pada Komunitas Sedulur Sikep mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dengan beragam tantangan yang menyertainya. implementasi pendaftaran tanah tersebut berkembang di tengah kearifan lokal yang lekat dalam kehidupan Komunitas Sedulur Sikep. Dalam situasi tersebut, tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan implementasi pendaftaran tanah di tengah kearifan lokal yang hidup dalam Komunitas Sedulur Sikep khususnya di Desa Klopoduwur, Kabupaten Blora, Penelitian ini menggunakan metode campuran yang dilakukan pada komunitas sedulur sikep desa klopoduwur. Tulisan ini akan menggambarkan perkembangan pendaftaran tanah di tengah kearifan lokal Komunitas Sedulur Sikep, khususnya mengenai sistem tenurial yang ada riwayat implementasi program PTSL, pengaruh penguatan identitas terhadap pemaknaan Komunitas Sedulur Sikep terhadap sertipikasi tanah, respon mereka terhadap implementasi pendaftaran tanah potensi timbulnya sengketa pasca PTSL, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi timbulnya sengketa tersebut. Dimana kearifan lokal yang hidup pada Komunitas Sedulur Sikep terangkum dalam ajaran Saminisme. Temuan pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa pendaftaran tanah yang dilakukan di tengah kearifan lokal atau ajaran yang hidup di Komunitas Sedulur Sikep terus mengalami perkembangan baik dari kebijakan program itu sendiri maupun respon dari Komunitas Sedulur Sikep. Studi ini juga menggambarkan tidak sepenuhnya benar akan stigma anti program pemerintah yang diberikan pada Komunitas Sedulur Sikep khususnya yang ada di Desa Klopoduwur, Kabupaten Blora. Hal ini terbukti dalam respon mereka terhadap program pemerintah yang telah berjalan pada komunitas sedulur sikep