Untuk kali pertamanya Naila seorang santri jatuh cinta pada Gusnya di pesantrennya,Gus Faza yang merupakan sosok sempurna, manis, pintar dan idaman santri putri al-Fatah. Naila kerap bertemu dengan Gus Faza di madrasah untuk rapat OSIS sehingga benih-benih cinta semakin bersemi dengan indahnya. Naila yang merupakan sosok pendiam, penuh khayalan, dan tertutup itupun tenggelam dalam perasaannya. la tidak mampu mengungkapkan perasaannya dan lebih senang memendamnya. la-pun juga kerap membayangkan angin sore di lantai empat gedung asramanya dapat
menyampaikan salam-salam yang selalu ia sampaikan. Permasalahan dimulai di saat Naila mulai tidak bisa fokus berkonsentrasi karena memikirkan rasa cintanya. Nilai sekolahnya jeblok, hafalan Qur'annya tidak banyak bertambah dan lebih parahnya ibadahnyapun masih dengan terbayang-bayang wajah Gus Faza.
Karena hafalan Qur'an Naila tidak memenuhi target pesantren, bu Nyaipun memindahkan Naila ke Pesantren al-Hikmah yang berada di tengah kota agar Naila bisa mengejar ketertinggalan hafalannya. Kehidupan baru Naila dimulai di pesantren baru untuk beberapa bulan sampai Naila sanggup konsentrasi mengaji dan kembali lagi ke al-Fatah. Naila-pun mencemaskan banyak hal, mulai dari beradaptasi di lingkungan baru, meninggalkan sekolah yang masih satu yayasan dengan pesantren padahal sudah kelas tiga Aliyah dan akan segera Ujian Nasional, meninggalkan kepanitiaan OSIS-nya, dan yang terberat adalah meninggalkan Gus Faza yang selalu datang dalam pikiran Naila. Di al-Hidayah-pun Naila kerap kesal karena digoda Gus lqbal yang merupakan gus pesantren al-Hidayah.